Didukung dana pendamping, kapal kayu berhasil melaut oleh sekolah kejuruan

Kingpulsa.com – Di SMKN 3 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, siswa yang berkecimpung di industri perkapalan tidak hanya fokus merancang atau mendesain kapal di kelas. Melalui proyek SMK PK SPD Center of Excellence (SMK PK SPD), para siswa ini telah menunjukkan bahwa kapal kayu tradisional dapat dibangun dengan teknologi modern untuk berhasil mengarungi laut lepas.

Ekspresi wajah siswa Kelas 12 Noor Afifa SMKN 3 Buduran Jurusan Dalam Negeri Perkapalan tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangganya saat ia dan teman-temannya akhirnya melihat kapal itu melaut di Lamongan. Perairan, Jawa Timur.

“Kami tidak menyangka akhirnya semua ilmu yang kami pelajari selama ini bisa kami wujudkan menjadi proyek nyata di kapal ijon-ijon ini,” kata Ifa alias Naur Afifah di Dermaga Pelabuhan Penumpang Paciran beberapa waktu lalu.

Di bawah bimbingan guru dan pembimbing dari industri, sekitar 31 siswa dari Ifa dan SMKN 3 Buduran telah meluncurkan kapal kayu tradisional dengan teknologi modern. Kapal bernama “Putri Mayang Madu” itu dikembangkan melalui pembelajaran berbasis proyek (PBL) di bawah bimbingan mitra industri PT Tunas Maritim Global dan Rosyid College.

“Tujuan utama saya mengikuti proyek kapal Aijan-Aijan adalah mendapatkan pengalaman membuat kapal real khususnya kapal kayu, namun ternyata yang saya dapatkan lebih dari sekedar pengalaman. Semuanya sangat menarik,” ujar Ifa.

Perahu Ijan-Ijon bukan hanya perahu kayu tradisional masyarakat desa Kantangsemangon, Pasiran, Lamongan. Kapal ini juga memiliki banyak nilai sejarah. Kapal tersebut berperan penting dalam mengevakuasi korban kapal karam Van Der Wijk di Perairan Lamongan pada tahun 1936.

Putri Mayang Madu Kapel adalah salah satu praktik baik dari Proyek Sekolah Vokasi Terbaik Program Pendanaan 2023. SMKN 3 Buduran merupakan salah satu dari 373 SMK di seluruh Indonesia. Dunia karir dan daya serap mahasiswa.

“Dari proyek revitalisasi kapal ini, kami ingin memberikan pengalaman belajar yang lebih autentik kepada para siswa, sehingga tercipta SDM unggul yang dapat mengembangkan dan meningkatkan teknologi kapal kayu/tradisional yang masih dibutuhkan nelayan di Indonesia,” ujar Dirjen Diknas Kiki Iuliati.

Teruji
Kepala SMKN 3 Buduran Eko Budi Agus Supriatna mengatakan sebelum menjadi SMKN 3 Buduran, sekolahnya sudah lebih dulu bernama STM Perkabalan Sidorjo. Sekolah juga telah menghasilkan beberapa produk kapal. Namun, bukan perahu kayu, melainkan perahu fiber atau alumunium yang ukurannya relatif kecil.

“Ini perahu kayu pertama kami dan membuktikan bahwa SMK bisa. Kalau SMK diberi kepercayaan pasti bisa,” kata Ego bersemangat.

Selain siswa SMKN 3 Buduran, SMK juga dilibatkan dalam pembangunan kapal ini. Santri Sunan Drajat Lamongan juga terlibat. Dengan bantuan Rosyid College Maritime and Arts dan PT Tunas Maritim Global, siswa SMK Negeri 3 Buduran membuat ulang kapal tradisional dengan keahlian interior kapal dan desain kapal.

“Awalnya kami mendapat tantangan dari Dirjen Kebudayaan yang saat ini sedang menghidupkan kembali Jalur Rempah yang salah satunya membangun kapal kayu tradisional yang sekarat,” kata Echo.

SMKN 3 Buduran sebagai sekolah kejuruan di industri perkapalan nama besar yang dirintis oleh mantan presiden Indonesia Baharudin Jusuf Habibie akhirnya ditugaskan untuk mengerjakan proyek kebangkitan kapal tradisional jenis kapal ijon-ijon.

“Melalui Direktorat SMK, kami mendapatkan bantuan proyek melalui SMK Puduran 3 melalui Program Vocational School Matching Funding Vocational School for Special Project dan kami bermitra dengan PT Tunas Maritim Global, mereka sebenarnya sudah berpengalaman membuat kapal kayu, ” tambah Eko.

Untuk desain kapal, SMKN 3 Buduran bekerjasama dengan Rosyid College of Arts and Maritime Studies sebagai konsultan, dimana siswa akan menggambar kapal di kertas kerja dan menghitung spesifikasi kapal. “Dengan bimbingan mitra kami tentunya,” kata Echo.

Semua proses pembuatan kapal dilakukan secara serentak di Bengkel Interior Kapal SMK Negeri 3 Buduran dan Galangan Rakyat di Desa Kandangsemangon. Rumah roda dan lambung kapal dibuat di bengkel sekolah. Sedangkan proses perakitan untuk finishing dilakukan di Kandangsemangon,” jelas Ego.

Menurut Echo, alasan masyarakat memilih galangan kapal tersebut karena mahasiswa bisa berinteraksi langsung dengan para pengrajin kapal kayu tradisional di Desa Kandangsemangon. Siswa juga dapat mengamati bagaimana masyarakat membuat perahu tradisional sambil membuat kapal.

“Sehingga terjadi proses transfer ilmu dan transfer teknologi antara mahasiswa dan masyarakat. Interaksi ini akan memperkaya hard skill dan soft skill,” ujar Ego.

Melalui proyek kapal ini, siswa mengimplementasikan ilmu yang mereka peroleh di sekolah menjadi proyek nyata. Misalnya, mahasiswa jurusan teknik mesin langsung melistriki kapal, termasuk kebutuhan komunikasi kapal dan pemasangan panel surya. Sementara itu, mahasiswa dari Departemen Perancangan dan Konstruksi Kapal mengerjakan desain kapal, termasuk menghitung dimensi kapal.

Dari kegiatan revitalisasi kapal Ijon-Ijon, SMKN 3 Buduron berencana mengembangkan proyek tersebut menjadi teaching factory, menurut Eko. “Tapi mungkin untuk kapal kecil atau kapal untuk keperluan wisata,” kata Echo.